Musim

Mei 05, 2015


Cerah nian langit siang ini. Walau tak bisa dipungkiri kadang hitungan menit saja mampu merenggut langit biru, dan menggantinya dengan kelabu. Atau siang yang begitu terik dan tiba-tiba mendung datang bersama hujan badai dan petir yang menyambar-nyambar—entah musim macam apa ini.
Hujan dan kemarau seperti telah melanggar janjinya pada pengamat musim. Datang sebelum waktunya, tiba-tiba berganti, sesekali datang, berganti dan sulit diperkirakan kapan datangnya lagi. Ah, musim seperti perasaan saja ya? Datang dan pergi semaunya. Hanya saja perasaan tak mudah berganti, ia hanya pergi mencari jalan yang ujungnya akan kembali pada hati yang sama. Kalau pun tak kembali, percayalah cinta-Nya tak pernah salah memilih jalan.
Seperti musim, perasaan juga berlatar waktu. Ia tak pernah terlambat—hanya saja, kadang kita yang terburu-buru.
Aku tak pernah menghitung berapa kali hujan membanjiri rindu, berapa kali kemarau menguapkan haru. Sebab, perasaanku masih tentangmu dan entah akan seberapa lama—mungkin lebih sebentar dari esok atau lebih lama dari selamanya. Mungkin juga ini ironi yang penuh pilu, ketika musim selalu berkisah tentangmu dan hati yang lain. Dan aku terlalu meyakini, takdir cinta-Nya tak pernah salah memilih jalan.
Seperti musim yang pernah kutemui—hujan dan kemarau. Perasaan terlalu indah berlatarkannya. Sementara harapanku padamu juga demikian, damailah seperti gerimis, jadilah kehangatan ketika hujan datang, teduhlah ketika siang begitu terik dan jadilah penyejuk di tengah kegersangan. Selama masih menapak di bumi yang sama dan masih bernaung di bawah langit yang sama, aku tak perlu berharap seperti musim salju yang kadang membekukan perasaan atau pun musim semi yang nggugurkan harapan. Rasaku terlalu indah berlatar hujan, kemarau. dan bersama takdir cinta-Nya.


Banjarnegara, 5 Mei 2015 14.45



You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images