Kaleidoskop Ramadhan

Juli 03, 2014


Marhaban Yaa Ramadhan…
Subahannallah walhamdulillah, kudiberi hidup tuk jumpa lagi dengan bulan yang dipuja karena kemuliaanya, bulan yang indah karena kesuciannya, dan bulan yang paling ditunggu karena keistimewaannya.
Ramadhan tahun ini mungkin adalah Ramadhan terakhir untuk tiga sampai empat tahun yang akan kujalani sepenuhnya di kampung halaman. Karena mungkin tahun depan aku sudah harus bolak-balik ke kota rantau untuk mencari ilmu dunia untuk bekal akhirat kelak, In shaa Allah.
Aaahh, waktu cepat sekali berlalu dan terus berganti. Rasanya belum lama aku menenteng buku amaliyah Ramadhan setiap pergi ke masjid. Ternyata itu terakhir kali sekitar tiga sampai empat tahun yang lalu. Dulu waktu zaman SD Sekitar enam tahun yang lalu, gensi banget kalau buku amaliayah yang bagian kuliah subuh kosong. Padahal rumahku cukup jauh  untuk sampai ke masjid yang menyelenggarakan kuliah subuh. Alhasil aku paling banyak aku hanya bisa mengisi kolom sampai hari ke tujuh saja. Sisanya ya kopi paste punya teman, hhehe. (akal-akalan anak kecil)
Zaman berganti, masa SMP gengsi sudah mulai berkurang. Isi tujuh ya tujuh tidak ada tambahan ilegal. Tapi akalnya tambah dong. Saat ada ceramah mending ngerumpi dan tidak menyimak apalagi merangkum isi ceramah. Pas pulang pesantren kilat mampir warnet dan browsing ceramah terus salin di buku. (akal-akalan anak remaja)
Zaman berganti lagi, masa SMA tidak lagi dikendalikan dengan buku amaliyah. Kendalinya itu di sini (pegang dada). Kendalinya adalah perasaan, rasa tanggung jawab, rasa takut, iman, niat, dan segala yang identik dengan motivasi diri. Dulu aku kira inilah Ramadhan yang merdeka dan bebas dari beban buku amaliyah. Masa Ramadhan kelas X adalah Ramadhan yang aneh karena kehilangan hal-hal dan cerita unik saat mengisi ratusan kolom-kolomnya. Seakan kehilangan wajah-wajah polos khas bocah saat mengenakan busana muslim warna-warni ke sekolah, jujur serasa ada yang hilang di Ramadhan kala itu.
Ramadhan kelas XI, Ramadhan kali ini aku sudah menginjak umur 17 tahun dan alhamdulillah dapat hidayah untuk mengukuhkan niat berjilbab setiap keluar rumah. Sehingga Ramadhanku terasa teratur, nyaman tanpa kelabilan khas remaja.
Ramadhan saat ini, adalah Ramadhan yang harus lebih baik lagi. Sekuntum istiqomah yang kupintakan, agar kebaikan yang sudah tertanam tak lagi goyah. Kalaidoskop Ramadhan adalah pelajaran yang sangat berharga, di mana kesalahan dan kekeliruan yang lalu tak boleh diulang untu mendapat Ramadhan yang semakin mulia, semakin suci, dan semakin istimewa. Karena aku bukan lagi bocah SD, dan bukan lagi remaja SMP yang masih polos dan labil. Tapi aku baru dinyatakan lulus SMA, belum dapat ijazah (SKHU pun masih sementara), dan belum dapat bangku universitas (sebentar lagi kok :D). Itu artinya aku berada pada fase remaja yang sedang menuju dewasa (alias nggak jelas juga sih). Tapi ini tekadku “menjadikan Ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun lalu, semakin istiqomah beribadah, semakin tawakal dan giat berikhtiar”.
Bismillah hirrohman nirrohiim
"Kalaidoskop adalah cara mengingat masa lalu, tapi bukan untuk diratapi dan disesali. Belajarlah dari kalaidoskop, agar masa kini lebih baik dari masa lalu dengan tidak mengulang kesalahan yang sama" _dra_

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images