Sang Penjaga
Oktober 09, 2016Musim kemarau tahun lalu, hujan turun dengan derasnya. Beberapa kali seperti itu. Beberapa kali kita tertahan pada tempat kita masing-masing. Kau bilang hujan itu abu-abu—tanpa kepastian. “Seperti pertemuan,” ujarmu.
Suatu pagi, sebelum kereta membawamu melesat ke kota
rantau—aku tertahan hujan pada paginya kemarau. Hujan reda, ketika ulat besi
itu telah membawamu pergi.
Suatu siang, kau terlambat datang pada jamuan makan siang
dengan kolega kita. Kau tertahan hujan pada siangnya kemarau di bengkel tambal
ban. Aku melenggang pulang bersama gerimis, usia meeting penting tanpamu.
Suatu sore, kita sama-sama tertahan pada tempat kita
masing-masing—mestinya kita bertemu di halte bus. Kau mengurungkan pulang dan
menunggu hujan pada sorenya kemarau reda, di loby kantor. Aku mengurungkan
pulang menunggu hujan reda di depan toko buku langganan. Sebelum benar-benar
reda, bus menepi di depan toko, aku melenggang pulang duluan.
Suatu malam, Gelar Budaya di Balai Kota terlewatkan sebab
hujan malamnya kemarau menahan kita pada bilik masing-masing. Pada akhirnya
agenda tahunan kota kelahiran tak sempat kita nikmati bersama.
Orang bilang, kadang hujan memenjara. Tapi kamu bilang, hujan
Sang Penjaga—tapi aku tak paham maksudmu.
Hujan di kemarau tahun ini...
Aku tak peduli lagi hujan turun
kapan pun Dia turunkan, sudah kupastikan tak akan ada lagi gerutu sebab hujan
yang kudesiskan. Kau selalu berdiri gagah di bawah hujan, tersenyum manis
sembari mengangkat payung nun kokoh. Kemudian kau menepi menuju serambi atau telitikan tempatku berteduh menunggumu.
Kau tersenyum menyambutku yang melangkah ke arahmu. Aku berdiri di sebelah
kirimu, tangan kananku melingkar di pinggangmu. Sementara tangan kananmu
memegangi payung, tangan kirimu merengkuh lenganku.
“Dek, pahamkan mengapa dulu Mas bilang hujan itu penjaga?”
Aku mengangguk, menahan haru di pelupuk mata. “Penjagaanmu,
adalah satu dari banyak hal yang membuatku jatuh cinta padamu, Mas.” Kau
tertawa kecil, sembari mengecup ubun-ubunku.
Oleh: Ratna Asih
Kumcer (Kumpulan Cerpen) Sebab Hujan #1 |Sang Penjaga|
Sumber Gambar: pexels.com by Ovan
0 komentar