Hidup dan Pilihan
April 14, 2016Sejauh kaki ini melangkah, begitu banyak arti hidup yang berusaha keras dipelajari. Satu yang ingin rasanya diungkapkan di sini—bahwa hidup adalah rangkaian pilihan. Begitu banyak plihan yang setiap hari harus kita hadapi satu per satu—tentang waktu dan kesempatan misalnya. Hingga pada akhirnya, kehidupan yang kita jalani adalah rangkaian pilihan yang kita ambil kemarin.
Kadang diri berpikir untuk sampai
pada langkah sejauh ini—apakah waktu dan kesempatan sudah diambil dengan baik?
Sesuaikah dengan apa yang kita iginkan?
Naif sekali jika harus merunut
kembali daftar plihan yang tidak terangkai pada kehidupan yang sedang dijalani.
Tapi kadang inilah cara kita untuk belajar bersyukur—bahwa sebenarnya yang kita
jalani di kehidupan ini, adalah segala yang terbaik sesuai kebutuhan kita.
Hidup bukan tentang keinginan,
melainkan kebutuhan—lebih seimbangnya, adalah keinginan untuk memenuhi
kebutuhan. Sayangnya kita kadang tidak paham, mana yang betul-betul kebutuhan.
Sebab manusia cenderung memburu keinginan. Padahal, apalah arti keinginan jika
tidak bisa memenuhi kebutuhan.
Kembali pada hal pilihan hidup.
Percayakah kita, jika pilihan yang dulu kita ambil adalah langkah terbaik dan
takaran yang paling pas oleh takdir Sang Pemilik Hidup? Maka ketika pilihan
yang sudah diambil ternyata tidak sejalan dengan apa yang sebenarnya kita
butuhkan, pilihan itu akan
datang kembali—menuntut kita untuk memilih, jalan mana yang akan kita
ambil—agar hidup tidak hanya sampai pada satu pilihan.
Sejauh kaki ini melangkah pada
pilihan hidup yang tidak pernah terdaftar pada plan list, sungguh awalnya berat. Ibarat untuk jalan di tempat saja
harus terlunta-lunta. Tapi pada akhirnya belajar tentang penerimaan adalah
hakikat lain dari setiap pilihan hidup yang kita ambil.
Butuh hati yang lapang untuk
menerima segala pilihan
hidup yang pada akhirnya harus dijalani. Hingga di titik ini, ternyata kaki
sudah melangkah begitu jauh—menjejaki bangsa-bangsa lain, berkali-kali. Jika ditanya, apakah berkecil hati
ketika apa yang dicita-citakan tidak menjadi pilihan yang dijalani? Maka
kujawab, ya—tapi dulu, sekarang justru langkah pada jalan yang dipilihkan-Nya
itulah yang membesarkan hati ini. Bahwa hidup dan pilihan-pilihan yang Dia
berikan, bukanlah untuk menghukum pada dilema dan kebimbangan. Melainkan
sebagai cara, bagaimana kita melibatkan Sang Pemilik Hidup untuk memilih
pilihan yang akan kita ambil.
Jika hidup terangkai oleh pilihan-pilihan, maka
kita harus terus memilih ke mana kaki akan terus melangkah. Mimpi dan cita
harus tetap hidup, apapun pilihan yang akan kita jalani, tekad haruslah tetap
kuat, dan hati haruslah tetap lapang.
Untuk kita yang akan dan sedang membuat
pilihan, jangan lupa dan jangan ragu untuk melibatkan-Nya dalam mengambil
keputusan. Kita tidak pernah tahu doa yang keberapa akan dikabulkan, tidak tahu
usaha yang keberapa akan berhasil, tidak tahu pula di mana tempat berbijak yang
terbaik—ketiganya sama—lakukanlah terus, jangan berhenti berdoa, jangan
berhenti berusaha, jangan berhenti melangkah—Dia akan mengabulkan doa atas
keberhasilan usaha di manapun tempat terbaik dengan cara-Nya.
Selamat mengambil pilihan..
Coretan by Ratna Asih
Banjarnegara, 14 April 2016
Sumber Gambar: Pexels.com by Pixabay
Sumber Gambar: Pexels.com by Pixabay
0 komentar